Sabtu, 12 Februari 2011

Aku Pernah Melihat Senyum Terindah Di Dunia


BEGINILAH, hukum dari penghakim ini aku terima:
Aku sampai padamu, tapi tak bisa mencapai engkau

*

Kau sang penghakim itu! Aku yang meminta dijatuhi
vonis seberat-beratnya: cinta tak bersambut cinta

Dari batas lingkar pagar, aku bukan bagian mereka
para turis menyilaukan engkau, menjunjung kamera


*

Ketika mereka bilang, "Aku sudah lihat senyum itu,
senyum terindah di dunia!", aku dengar tangis tiga:
tua tangis Leonardo, tajam tangismu, sesak tangisku.

Tiga tangis yang bersama-sama, serenta mau berkata,
"Kalian tak dengar tangis, tangis terindah di dunia!"

*

Beginilah, hukum dari penghakim ini aku jalani:
tak ada jeruji, tak ada sipir, tak ada jatah nasi

Artinya, kau tak tahu harus menjengukku di mana!

menulis oleh @ Hasan Aspahani
gambar oleh @captainugros - blackberry javelin - musse de'luvre, paris

Kamis, 10 Februari 2011

Apa Itu Poetography?

Beberapa hari ini, entah sampai kapan, pasti nanti kami akan berhenti dan bosan, kami sedang bermain-main dengan apa yang kami namakan Poetography. Apa itu? Entahlah, kata itu tercetus begitu saja. Kami? Ya, kami saya dan Fajar Nugros aka @captainugros . Dia seorang produser dan sutradara.

Kami berkawan di twitter, kami saling mengiringi, aku iringi dia, dia iringi saya. Suatu hari dia melampirkan sebuah foto di satu kicauannya. Saya suka foto itu. Tanpa direncanakan, saya sajakkan foto itu. Saya temukan lagi beberapa foto, saya sajakkan lagi.

Saya bilang, kalau seorang Fajar Nugros memotret sesuatu, pasti itu disutradarai oleh hati. Sesuatu yang menggerakkan dia untuk memotret akan terbawa sejara ajaib dalam fotonya. Dan kemudian sesuatu yang entah apa itu terkirim juga ke saya. Itulah yang menggerakkan saya menyajak.

Komunikasi kami benar-benar hanya lewat twitter. Saya tidak banyak bertanya, foto apa dan apa yang ada di fotonya. Dia hanya menjelaskan sekenanya saja. Ini benar-benar sebuah "kerja budaya" he he. Oh, ya, jika ingin melihat foto apa yang saya sajakkan, silakan klik blog POETOGRAPHY ini.

Oleh:

Sore di Jalanan Kota Kecil Groningen


"DI depan itu, Adikku, kita akan berbelok!"
"Kemana, Kakak? Kirikah atau kanankah?"
"Ke atas, Adikku, ke arah matahari itu!"

*

DI Groningen, entah di mana kau di Groningen
Aku bayangkan sepasang sepeda dikayuh lekas

Dan bayangan itu tahu, dia tak mungkin bisa
ditinggalkan. Nanti, cakrawala akan sampai
ke matahari sore, bayangan itu terleburkan

Di bukan Groningen, entah di mana juga itu,
Aku dikejar bayangan yang lari dari satu sajak
"Aha, aku tahu jawaban yang diperdebatkan
oleh penyair tua dan bocah dari masa kecilnya!"


*

"Aku ingin sekali punya bayangan, sepeti kamu!"
"Tapi, kamu kan yang membikin kami berbayangan"

"Aku ingin sekali ada yang sampai bersepeda
ke sini, ke cahaya yang tak panjang terangnya"
"Aku nanti sampai ke sana, memetikmu, memetiknya"


gambar oleh @captainugros
groningen, belanda.

Rabu, 09 Februari 2011

Sehari Setelah Ibu Tak Ada



SELAIN kami berduka, kami juga gelisah, Ibu

Seperti pemain biola yang tak tahu harus
memainkan apa: Setangkai Anggrek Bulan,
atau ninabobo yang terlalu kami rindukan
tapi tak pernah sempat engkau senandungkan

*

Selain kami bersedih, kami sangat lapar, Ibu
Kami, adalah anak-anakmu yang sungguh lelaki

Ini bukan lagi masakan yang kau siapkan
Yang kau sajikan dengan sesaf pertanyaan:

Sudah sejauh apa sepatu mengembarakanmu?

Sudah kalian siapkan tanah untuk kuburku?

Kenapa pergi lagi perempuan, yang pernah
kau perkenalkan sebagai ibu anak-anakmu?


*

Selain ikhlas, kami pun amat kehilangan, Ibu

Kami sudah lebih dahulu, meninggalkan kamu,
berebut waktu dengan hidup yang buru-buru,
menjadikan engkau ibu yang yatim dan piatu

menulis oleh
gambar oleh @captainugros
difoto dgn aplikasi isntagram iphone4
lokasi seafood 68 santa, Jakarta
pada hari diposting.

Selasa, 08 Februari 2011

Di Stasiun Eurostar ke London


INI hampir saja kukeluhkan

Kenapa, di sini
banyak sekali perpisahan
Tapi, bukankah memang untuk itu
stasiun diciptakan?

Betapa murah kesedihan
di sini
Aku harus pastikan
Ada cukup kisah recehan
Karena hanya itu yang bisa
membeli kepura-puraan

"Jangan terlalu mahal menghargai
cinta," kata seorang kawan

Dan itulah salahku,
karena itu aku tervonis
- tanpa pembela dan pembelaan -
oleh ini perjalanan

Seperti selalu
kita yang berpelukan itu

Memastikan kehilangan
Memutlakkan kesedihan

AKU tak mendekat
ke papan pengumumam
jadwal keberangkatan
dan ihwal kedatangan

Bukankah nanti
Di stasiun manapun
aku sudahkah kepergian
Tak akan ada engkau menunggu?


gambar oleh @captainugros
difoto dgn kamera blackberry javelin
lokasi stasiun paris gare du nord
8 Februari 2011

Di Stasiun Paris Gare Du Nord


AKU kira itu pagi
Saat tidak tepat untuk berpisah
Pergi ke beda dua arah

Atau fragmen lain dari hari
yang tak ternamai?

Adegan yang disutradarai hati

Orang-orang berangkat dan datang
Sebagai diri sendiri

Dengan bekal koper-koper besar
berulang kali, cemas tertukar

Di stasiun ini kita tak lagi
memastikan siapa milik siapa

*

Adegan yang disutradarai hati

Jika kita berpisah juga
di Stasiun ini
Aku akan memelukmu
Setelah kuletakkan tas bepergianku

Agar sempurna
lingkar kedua tanganku di tubuhmu

menulis oleh
gambar oleh @captainugros
difoto dgn kamera blackberry javelin
lokasi stasiun paris gare du nord
7 Februari 2011

DI Seberang Notre Damme



KAU mengunyah sepotong pizza beku
bertatapan dengan gedung murung itu

Kau merpati itu: Jantan yang ragu

Apa yang kaupatuki
Mungkin hanya bebijian anganmu
Dia menebarkannya
sebelum meninggalkanmu


*

Dia mengejarmu ke hingga yang mana saja,
juga di halaman terakhir majalah mahal itu

Tapi dia tak pernah ingin mencapaimu

Ada kaubayangkan - kau dan dia
Duduk bersisian, berkawan dengan sekotak Spago
menahan lapar dan dingin dari cuaca yang lain

Saling menawarkan sepotong pizza juga
Yang beku juga

Lalu kau dan dia, mencairkan dalam kunyahan
Perlahan. Perlahan.

6 Februari 2011
difoto dgn kamera blackberyy javelin
lokasi gereja notre damme paris